UMKM
Kamis, 17 Maret 2022 20:49 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
SURABAYA | halojatim.com - Kenaikan harga minyak goreng yang cukup besar di pasar dalam negeri membuat masyarakat kelabakan.
Masyarakat merasa syok dengan besarnya kenaikan harga yang kini sudah menyentuh ke level Rp 24 ribu hingga Rp 26 per liter.
Kenaikan ini menyusul penghapusan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng yang sebelumnya ditetapkan pemerintah sebesar Rp 14 ribu per liter.
Penghapusan HET minyak goreng kemasan dan membebaskan penjual menentukan harga disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Selasa (15/3/2022).
Kondisi ini pastinya juga sangat berpengaruh pada aktivitas produksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) makanan yang menggunakan minyak goreng. Padahal jumlah UMKM makanan cukup besar, mencapai sekitar 50 persen dari total jumlah UMKM di Jatim.
"Memang sangat berpengaruh, karena kenaikan cukup tinggi. Biaya produksi akan semakin besar, apalagi kenaikan harga ini tidak hanya terjadi pada minyak goreng, Bahan Bakar Minyak dan bahan kebutuhan lainnya juga naik. Padahal seluruh UMKM yang berjualan makanan pasti menggunakan minyak goreng," ujar Ketua Umum Kadin Adik Dwi Putranto.
Untuk itu, Adik mengimbau UMKM untuk berhitung ulang ketika memproduksi, apakah pasar akan bisa menyerap produksinya ataukah tidak. Karena dengan kenaikan harga minyak goreng dan berbagai kebutuhan lain akan berdampak pada kenaikan harga jual. Padahal daya beli masyarakat saat ini masih belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19.
"Harapan saya teman-teman UMKM ini bisa berhitung, apakah pasar akan bisa menyerap seluruh produk yang mereka jual, kalau sekitarnya agak berat atau belum yakin bisa terjual, ya harus dikurangi, lihat respon pasar dulu agar tidak semakin rugi," tandasnya.
Padahal saat ini sebenarnya menjadi momen penting bagi UMKM untuk berlonba menaikkan produksinya karena mendekati puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Ia berharap, pemerintahan segera turun tangan agar harga minyak goreng kembali stabil.
"Ya bisa dengan melakukan operasi pasar minyak goreng dengan jumlah yang lebih besar di banyak titik agar masyarakat bisa mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau," ujar Adik.
Adik optimistis harga minyak goreng tidak akan lama berada di level tertinggi. Bahkan ia memprediksi harga minyak goreng akan kembali turun di awal puasa karena penurunan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di pasar global.
Mengacu pada data Refinitiv, Kamis (17/3/2022) pukul 08:20 WIB, harga CPO dibanderol di level MYR 5.978/ton atau anjlok 1,47 persen. Dengan begitu, harga CPO membukukan kenaikan sebanyak 57,36 persen secara tahunan, tapi masih drop 14,12 persen secara mingguan.
Bagikan
UMKM
3 hari yang lalu