PBSI
Senin, 05 Agustus 2024 22:05 WIB
Penulis:Andri
Editor:Andri
GREGORIA Mariska bisa disebut sebagai pahlawan Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Atlet asal Wonogiri, Jawa Tengah, tersebut meraih perunggu dari cabang olahraga bulutangkis nomor tunggal putri.
Gregoria tidak perlu memeras keringat dalam pertandingan perebutan medali perunggu. Carolina Marin asal Spanyol tak bisa tampil karena mengalami cedera saat berjumpa dengan He Bingjiao dari Tiongkok dari di babak semifinal. Gregoria sendiri harus memperebutkan medali perunggu karena kalah dari An Se Young dengan tiga game 21-11, 13-21, 16-21.
Banggakah dengan capaian Gregoria? Tentu jawaban akan terbelah. Bangga karena tunggal putri akhirnya bisa kembali membawa pulang medali setelah kali terakhit dilakukan Maria Kristin di Olimpiade Beijing 2008.
Hanya capaian Gregoria yang kini tercatat berusa 24 tahun tersebut dan juga Maria Kristin belum bisa menyamai Susi Susanti yang meraih juara alias membawa pulang medali emas. Selain itu, di Paris 2024 ini juga menjadi catatan kelam perjalanan bulu tangkis Indonesia. Memang tak segelap London 2012. Ketika itu, atlet dari olahraga tepok bulu tersebut tidak ada yang membawa pulang medali, perunggu pun tidak.
Hanya, persamaannya, di dua olimpiade tersebut, pebulutangkis Indonesia tak memperoleh medali emas. Di ajang sekelas olimpiade, nilai emas lebih tinggi dari dua medali lain, perak dan perunggu. Ratusan perunggu pun tidak akan bisa mengalahkan sekeping medali emas.
Meski sebenarnya kegagalan meraih emas di Paris 2024 sudah diprediksi. Dari ratusan turnamen, hanya Jonatan Chrstie yang berhasil meraih juara di turnamen level tertingi yakni All England. Hanya penampilan atlet yang bisa disapa Jojo itu sudah diketahui labil.
Begitu juga dengan Anthony Sinisuka Ginting yang juga tampil di tunggal putra. Akhirnya memang terbukti. Jojo dan Anthony sudah kalah di babak awal. Parahnya lagi di babak penyisihan. Padahal, status keduanya adalah unggulan. Jojo menjadi unggulan ketiga dan Anthony menduduki unggulan kesembilan. Sejak Taufik Hidayat menjadi juara di Athena 2004, tidak ada lagi lagu Indonesia Raya berkumandang dari nomor tuggal putra di ajang olimpade. Taufik juga melanjutkan sukses Alan Budikusuma yang naik ke podium terhormat tunggal putra di Olimpiade Barcelona 1992 seperti halnya sang istri Susi Susanti.
Di ganda putra, hanya mengirimkan satu wakil melalui Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, juga gagal total. Pasangan yang pernah menduduki peringkat satu dunia tersebut sudah terhenti di babak perempat fnal dari unggulan teratas asal Tiongkok Liang Weikeng/Wang Chang dua game langsung 24-22, 22-20. Juara di ganda putra ini disabet pasangan Taiwan Lee Yang/Wang Chi-Lin yang menang tiga game yang menegangkan 21-17, 18-21, 21-19 dari Weikeng/Wang.
Sukses di Olimpiade Tokyo 2020 dari ganda putri pun tak bisa diulangi. Apriyani Rahayu yang ketika itu juara bersama Greysia Polii gagal total. Dia yang berpasangan dengan Siti Fadia sudah tersingkir di babak penyisihan dengan tak pernah menang dalam tiga kali penampilan. Emas di ganda putri ini diraih wakil Tiongkok Chen Qingchen/Jia Yifan yang menundukkan rekan senegaranya sendiri Liu Shengshu/Tan Ning denga dua game 22-20, 21-15.
Dengan hasil ini apakah kita masih akan berharap kepada bulu tangkis di Olimpiade 2028 di Los Angeles, Amerika Serikat? Rasanya sudah tak layak lagi diharapkan selama pembinaan dan prestasi kita masih seperti dalam beberapa tahun terakhir.
Kecuali, ada perubahan besar yang dilakukukan PP PBSI. Bulu tangkis sudah tertinggal dan sudah diragukan disebut sebagai salah satu kiblat bulu tangkis dunia. Setujuh Anda?
Sidiq Prasetyo
Jurnalis Olahraga
Bagikan