Cerita Angga Diandry,  jadi Petani karena Pandemi

Rabu, 30 November 2022 20:15 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

IMG-20221130-WA0054.jpg
Angga Diandry yang kini sukses jadi petani.

SURABAYA | halojatim.com - Pandemi Covid-19 mengubah hidup Angga Diandry. Angga yang sebelum pandemi berprofesi menjadi komika, banting stir menjadi petani. 

Bertani yang digeluti Angga bukan dengan mencangkul melainkan menanam dengan metode hidroponik. 

Saat talk show bertema “Inspirasi Petani Milenial: Dari Rumah untuk Indonesia Lebih Hijau” pada Rabu (30/11/2022) secara daring itu, pemilik @ibukita.kebun ini mengaku memanfaatkan rooftop seluas 90 meter persegi untuk dijadikan lahan menanam. 

BACA JUGA : 


Trial and error dialaminya. Hingga akhirnya dia bisa membuktikan bahwa menanam itu mengasikkan. Bahkan dia pun dijuluki “Dewa Sawi Pakcoy”. 

"Hingga saya pernah memanen 22 kilogram pakcoy dengan harga Rp 40 ribu per 500 gram. Sekarang saya lebih fokus nanam kale karena permintaan tinggi. Namun pakcoy tetap tidak ditinggalkan," katanya. 

Bakat menjadi petani bagi Angga karena erinspirasi dari eyang dan ibunya. Menurut Angga, di waktu kecil ia suka menemani eyangnya memetik hasil kebun. 

“Kalau eyang saya dulu punya lahan luas, nanem mangga, duren, cabai, apapun ditanam. Dan saya dulu suka nemenin eyang petik cabe. Jadi dari kecil sudah punya pengalaman dengan kebun. Kalau ibu, suka nyuruh siram taneman tiap pagi sebelum ke sekolah, terus diajak ngobrol,” katanya. 

Dalam talk show yang digelar Demfarm.id ini Angga mengatakan menjadi petani memang belum menjadi cita-cita banyak anak muda. Kurangnya minat generasi muda menurutnya disebabkan beberapa faktor, di antaranya akses permodalan masih sulit, ketersediaan pupuk, sarana produksi pertanian, hingga kepastian offtaker untuk harga panen. 
Namun, faktor utama adalah isu rendahnya pendapatan. 

“Masih banyak yang enggan jadi petani, satu karena kalah pamornya. Proses perjalanan jadi petani jangan dimulai karena uangnya, tapi mencoba untuk senang dulu menjalaninya. Saat
perjalanan nemu kendala atau kalau ada tahapan salah, ya kita ulangi lagi,” kata Angga. 

Dalam rangka Hari Menanam Pohon 2022 pada Senin lalu, Angga mencoba menyampaikan bahwa berbuat baik untuk lingkungan tidak selalu harus dimulai dengan kegiatan besar. 

Berkebun di rumah menjadi salah satu upaya membuat Indonesia lebih hijau.
“Kita tidak bisa menyalahkan siapa pun terkait masalah lingkungan. Jadi lebih baik mulai dari diri sendiri dulu. Saya sendiri, meskipun di lahan terbatas, sudah merasakan kalau bertani itu mudah, seru, dan banyak manfaatnya,” kata Angga. 

“Yang terpenting, jalanin apa yang lo suka. Bikin dari hal kecil dulu, yang penting memulai. Seiring berjalan akan dateng bisikan dari tanaman,” tambah Angga. 

Peringatan Hari Menanam Pohon Sedunia ini dapat menjadi momentum pengingat bagi masyarakat untuk memulihkan dan melestarikan lingkungan yang semakin hari semakin rusak. 

Sebagaimana diketahui, pada 2020 Indonesia telah kehilangan 270 ribu ha lahan hutan primer. Namun, dalam catatan Global Forest Watch, tingkat kehilangan hutan primer di Indonesia terus menurun. Tren penurunan ini menunjukkan bahwa Indonesia tengah menuju perbaikan. 

Meskipun memiliki alasan untuk merayakan penurunan hutan, Indonesia perlu memperkuat langkah-langkah perlindungan hutan. Pemulihan hutan ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga masyarakat. Salah satu upaya untuk membantu merealisasikan Indonesia hijau adalah dengan memulai dari lingkungan sendiri. 

Talk show ini bertujuan untuk mengajak generasi muda untuk tidak malu menjadi petani milenial di rumah dan mampu menjaga lingkungan sekitar menjadi lebih sejuk dan subur. 

Sehingga dengan munculnya minat tersebut, ke depan akan lahir petani-petani millennial yang sukses dan lingkungan semakin sehat dan hijau. 

Pemerintah Indonesia juga tengah fokus menarik minat generasi muda untuk menjadi petani. Bahkan, salah satu industri pupuk di Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sudah memiliki petani milenial binaan. 

Tak hanya itu, PKT juga mengembangkan program Community Forest di Provinsi Gorontal. Program ini digagas untuk memberikan perlindungan keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memberi nilai tambah ekonomi pada lahan yang kurang produktif untuk ditanami berbagai jenis pohon dan komoditas.