##PEMKOT SURABAYA
Senin, 16 Agustus 2021 16:13 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
Aman Isoman bagi Pasien Positif Covid-19, Ini Tipsnya
Angka kematian pasien Covid-19 saat melakukan isolasi mandiri(isoman) di rumah masih sangat tinggi.
Ini mengindikasikan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tata laksana menjalani isoman yang aman dan benar.
Karena itu masyarakat perlu tahu bagaimana isoman yang aman bagi pasien dan keluarganya.
Dokter dari FK Unair, dr Alif Solehen memberikan pemaparannya dalam acara Webinar “Pedoman Isolasi Mandiri Covid-19 untuk Awam” dalam 2nd Aesculap (Airlangga Educative Symposium, Current Update, and Leading for All Physician) rangkaian Webinar AWCS (Airlangga Webinar Conference Series) Ke- 82, Minggu(15/8/2021).
Pertama adalah pertimbangkan kondisi keparahan Covid-19. Seseorang bisa melakukan isoman jika tidak bergejala atau bergejala sedang seperti anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman, badan pegal dan batuk dan flu.
Kemudian pastikan kelayakan tempat tinggal untuk isoman. Tidak semua rumah layak sebagai tempat isoman.
Adapun beberapa kriteria tempat tinggal dikatakan layak untuk isoman antara lain yang memiliki kamar tidur sendiri dan ada mandi dalam setiap kamarnya. Kemudian tidak tinggal satu rumah dengan kelompok resiko tinggi seperti lansia, orang dengan imunitas rendah dan memiliki komorbid. Dan rumah yang memiliki banyak ventilasi dan cahaya masuk.
“Jika rumah tidak memiliki kriteria di atas, sebaiknya melakukan isolasi terpusat(isoter) di fasilitas yang disediakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk menekan resiko penularan,” terang Dokter Alif.
Berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan dan Guideline penanganan COVID-19 terbaru, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani isoman.
Pertama, untuk menghindari transmisi keluarga, selain memisahkan alat makan dan minum, alat mandi serta pisahkan pakaian dari keluarga yang lain. Masukkan pakaian ke dalam kantong plastik kedap udara dan cuci pakaian sendiri.
Usahakan untuk tidak banyak menyentuh barang, minimalisir interaksi dengan anggota keluarga dan paling tidak terapkan protokol 3M dan terapkan etika batuk yang benar.
Kedua adalah jalankan perilaku hidup bersih dan sehat. Cuci tangan sesering mungkin atau menggunakan hand sanitizer, bersihkan kamar setiap hari dengan sabun ataupun desinfektan, dan bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan.
Penuhi kebutuhan nutrisi seperti mengkonsumsi makanan seimbang tiga kali sehari. Dan perbanyak mengkonsumsi air putih.
Rajin berolahraga satu minggu 3 hingga lima kali juga menjadi kunci agar badan selalu fit dan imun baik. Olahraga ringan bisa dilakukan seperti jalan kaki ataupun yoga. Usahakan untuk berjemur setidaknya 10-15 menit setiap hari.
Karena seperti sudah umum diketahui, berjemur dapat membantu mengoptimalkan penyerapan Vitamin D untuk meningkatkan imun selama pandemi. “Yang tak kalah penting, tidur cukup dan hindari stress,” imbuhnya.
Pastikan untuk memonitor keadaan setiap hari selama dua kali, pagi dan sore. Baik memeriksa suhu tubuh maupun saturasi oksigen. Segera hubungi petugas kesehatan jika kondisi tubuh memburuk. Lakukan gerakan proning jika mengalami sesak napas.
Dan terakhir yang paling penting, maksimalkan layanan telemedicine baik yang disediakan oleh pemerintah maupun instansi seperti FK Unair dan IDI Surabaya untuk berkonsultasi seputar kondisi kesehatan selama isoman.
Obat yang Dikonsumsi
a. Untuk Pasien OTG:
1. Multivitamin (B,C,D,E,Zinc) dosis 1 x 1 dengan jumlah 10 buah
2. Obat simtomatik, suportif (batuk,demam,etc) + dengan sifat antioksidan
b. Pasien gejala ringan
1. Multivitamin (B,C,D,E,Zinc) dosis 1 x 1
2. Paracetamol Tab 500 mg jika diperlukan
3. Antivirus harus sesuai arahan dokter
“Dulu antibiotik diresepkan pemerintah dalam pedoman isoman, namun menurut guideline yang baru antibiotik dihilangkan. Hanya antivirus saja saat ini, itupun harus sesuai arahan dokter,” tambah Dokter Alfi.
Kenali Tanda Bahaya, Kapan Harus Ke Rumah Sakit
Untuk orang dewasa, segera ke dokter jika jumlah napas kurang dari 30 kali per menit atau saat saturasi oksigen kurang dari 93 persen atau saat terjadi kesulitan bernapas.
Sementara untuk anak-anak, saturasi oksigen kurang dari 93 persen. Dan mulai menunjukkan tanda-tanda tidak mau menyusu, kejang, kelelahan(letargi) dan napas cepat dengan tarikan dinding dada.
Isolasi Mandiri Dinyatakan Selesai
Ini sangat tergantung pada tingkat keparahan pasien. Untuk OTG antara 10 hari sejak pengambilan SWAB
Untuk Orang dengan gejala ringan yakni 10 hari ditambah 3 hari bebas dari gejala apapun.
Sementara untuk kontak erat atau keluarga, 14 hari sejak kontak dengan kasus.
Apa yang Bisa Dilakukan Keluarga yang Kontak Erat?
Jika anggota keluarga kontak erat dengan pasien Covid-19, segera mungkin datang ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama setempat untuk dilakukan pendataan dan dilakukan swab.
Saat di rumah, minimalisir kontak dengan pasien, minimalisir menyentuh wajah dan menyentuh titik-titik rumah yang mungkin disentuh pasien, seperti gagang pintu dan lain sebagainya.
Terapkan protokol kesehatan 3M di dalam rumah antara lain memakai masker, menjaga jarak dan senantiasa mencuci tangan.
“Sesering mungkin membersihkan area rumah yang kemungkinan ada kontak dengan pasien dan tak lupa pastikan sirkulasi udara baik,” tukasnya.
Bagikan
##PEMKOT SURABAYA
setahun yang lalu
Guru besar
2 tahun yang lalu