Alat Tanam Padi Otomatis Buatan ITS Bisa Tingkatkan Produktivitas Hingga 40 Persen

SURABAYA | halojatim.com -  Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil mengombinasikan sistem penanaman padi jajar legowo dengan pengembangan mesin penanam padi (transplanter) otomatis.

Mesin ini mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 40 persen dibandingkan menggunakan tenaga manusia yang selama ini menjadi andalan petani di Indonesia. 

Salah satu anggota tim Abmas ITS Liza Rusdiyana menjelaskan, menanam padi yang menggunakan tenaga manusia banyak kekurangan. Selain upah yang mahal juga kurang optimal. Karena itu, diperlukan adanya otomasi dalam proses penanaman padi.

Baca Juga : 

• https://halojatim.com/read/mahasiswa-its-ciptakan-pemanen-energi-untuk-sumber-listrik-di-jalan-tol
• https://halojatim.com/read/games-buatan-its-ini-ternyata-bisa-untuk-perangi-hoaks

Transplanter dapat menanam padi dengan sistem jajar legowo dua banding satu (2:1). Sistem penanaman ini berfokus pada peningkatan hasil produksi padi dengan memberikan efek tanaman pinggir. 

“Kalau menanam padi itu, yang pinggir pasti akan banyak padinya. Karena sirkulasi udara dan intensitas cahaya mataharinya bagus,” tutur dosen Departemen Teknik Mesin Industri ini.

Berdasarkan uji coba dengan sistem jajar legowo 2 :1 yang telah diterapkan Komunitas Petani Nahdlatul Ulama (NU) cabang Jatirejo, Mojokerto ini, Liza menyebutkan jika terdapat peningkatan panen padi. 

Dalam penanaman padi seluas seperempat hektar, jumlah panen padinya mampu bertambah sebanyak tiga hingga empat kuintal.

Liza menyebutkan bahwa hal ini juga disebabkan karena berkurangnya hama tikus dan pemberian pupuk, pembuangan gulma, serta perawatan yang mudah. 

“Dengan menggunakan jajar legowo 2:1, tanaman lebih teratur, sehingga tikus jadi jarang dan perawatannya mudah sekali,” ungkapnya.

Menurut Liza, transplanter yang beredar di pasaran memiliki dimensi yang besar sehingga sangat sulit digunakan di sawah yang berada di daerah lereng. Sistem penanamannya pun masih menggunakan jajar legowo 4 :1.

Sedangkan transplanter yang sudah diusung sejak 2020 ini memiliki dimensi yang lebih kecil, sehingga bisa digunakan di sawah yang berliku-liku. Selain itu, dimensi yang kecil juga membuat mesin ini tidak mudah ambles di tanah sawah yang becek.

Saat ini, transplanter ini sedang dalam tahap pengembangan untuk dapat dioperasikan secara otomatis menggunakan pengendali jarak jauh untuk mengurangi jumlah tenaga kerja. 

Dengan didukung microcontroller, transplanter yang secara penuh dikembangkan oleh ITS ini rencananya bisa menanam padi dengan sendirinya.

Dengan memanfaatkan sistem jajar legowo 2:1 dan transplanter otomatis ini, efisiensi dan efektivitas kerja dari para petani akan meningkat. “Dengan begini, memotivasi para petani lainnya untuk berpikir secara progresif dan bisa memanfaatkan berbagai teknologi yang ada,” imbuh Liza.

Namun, Liza mengaku masih banyak hambatan dalam pengembangan transplanter ini. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, permasalahan utama adalah bagaimana membuat microcontroller-nya bisa berjalan secara otomatis.

Sensitivitas sensor yang masih kurang menyebabkan mesin tidak bisa berjalan lurus secara sempurna. “Faktor sensor yang terendam tanah juga jadi penyebabnya, akibatnya transplanter suka belok-belok sendiri,” akunya.

Abmas yang sudah dimulai sejak Juni lalu ini masih akan dilanjutkan hingga beberapa bulan ke depan. Karena sudah memasuki musim penghujan, Liza mengharapkan uji coba bisa dilakukan dengan maksimal.

“Sebab microcontroller harus banyak dilakukan uji coba untuk bisa bekerja dengan baik saat dioperasikan,” pungkasnya.