Ainun Albar, Usia 15 Tahun jadi Maba FK Unair

Selasa, 21 September 2021 06:02 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

Mahasiswa Termuka FK Unair.jpg
Ainun Albarr Qolby Mecca (tengah) berbincang dengan salah satu dosennya dr Eighty Mardian di selasar FK Unair, Senin (20/9/2021).

Ainun Albarr Qolby Mecca jadi  mahasiswa termuda Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) 2021 karena masih berusia 15 tahun.

 Banyak orang takjub dan memuji kecerdasan mahasiswa asal Lamongan ini. Tanpa tahu bahwa sebenarnya, ada perjuangan panjang dan jatuh bangun, sebelum dia diterima di FK Unair. 

Albarr bercerita bahwa dia adalah siswa akselerasi di SMA. Diajar oleh guru kompeten dan berada di lingkungan kelas yang kompetitif membuat prestasinya menonjol.

Hal itu mengantarkannya menjadi menjadi 50 siswa terbaik satu angkatan yang bisa didaftarkan ke universitas melalui jalur SNMPTN alias jalur tanpa tes. 

Selain berpreatasi,  Albarr juga mencetak banyak prestasi non akademis. Ia aktif mengikuti berbagai olimpiade dan perlombaan.

Beberapa perlombaan pun dia menangi. Antara lain finalis MEDSPIN FK Unair  2020, semifinalis BESC 2020, juara 1 Olimpiade Kedokteran OPSILON 2021 serta  medali emas Olimpiade Kedokteran IYSC POSI 2021.  

Selain itu, ia juga pernah menjadi peserta termuda di Lomba Kuis Kihajar yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.

Dengan prestasi akademis dan  non akademisnya, Albarr sempat optimis diterima di FK Unair lewat jalur SNMPTN, tapi harapan tak sesuai kenyataan. Dia tak lolos jalur  prestasi itu.

Gagal di SNMPTN tak membuatnya menyerah. Albarr pun kembali menata hati dan mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk bisa lolos lewat jalur seleksi SBMPTN. Ia belajar lebih giat. 

Usaha lewat jalur langit juga dia kencangkan lewat doa dan puasa. Dan rupanya rupanya, lagi dan lagi dia gagal. Kerja kerasnya tak mampu menembus ketatnya persaingan masuk FK Unair.

Kegagalan keduanya setelah usaha mati-matian membuat Albarr sempat patah semangat. Beruntung, dia memiliki support system dari keluarga yang luar biasa. 

Tak terkecuali dari kakaknya, Chaq El Chaq Zamzam Multazam, yang saat ini menjadi mahasiswa koas di FK Unair. 

“Kakak saya bilang ke saya, kalau kamu ada waktu untuk mengeluh, lebih baik gunakan waktumu itu untuk belajar, lebih ada manfaatnya,” ujarnya menirukan perkataan sang kakak.

Akhirnya, atas dorongan sang kakak dan orang tua, Albarr mencoba kembali untuk masuk menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran tertua di Surabaya ini lewat jalur Mandiri dengan tes. 

Segala usaha pun ia kencangkan. Jika sebelumnya ia bisa melahap  4 buku soal UTBK dalam satu hari, ia bisa habis 5 sampai 6 soal buku UTBK demi lolos ujian mandiri ini. 

Tak cukup itu, ia juga mengencangkan usaha jalur langit. Mulai dari salat dhuha, tahajud, puasa senin kamis, yang rutin ia jalani, ia kencangkan lagi. Karena ia menyadari, bahwa segalanya yang terjadi ada campur tangan Tuhan di dalamnya. 

“Saya berusaha, usaha dengan doa juga saya maksimalkan, doa adalah kunci kesuksesan. Dan saya menyadari semua yang kita dapat adalah kuasa dari Tuhan," tandasnya. 

 Beruntung, usahanya kali ini membuahkan hasil. Dan seperti yang sudah viral diketahui, kini anak ketiga dari tiga bersaudara ini sudah dua minggu resmi menjadi maba FK Unair.

Banyak orang mengira bahwa mahasiswa ber IQ 143 ini adalah anak genius. Meskipun ada benarnya, namun rupanya kejeniusan itu bukanlah satu-satunya pengantar kesuksesannya. Namun di balik itu, ada usaha luar biasa yang ditekuninya hingga sampai ke titik ini. 

Tentu selain jalur belajar dengan cerdas, ada jalur langit yang ia pegang setiap saat. Priq yang memiliki hobi bersepeda ini menuturkan,  kebiasaan salat malamnya sudah terpupuk sejak lama.

“Dulu saya sering diminta bangunkan kakak saya untuk tahajud, saya juga ikutan jadinya dan keterusan sampai sekarang,” ujarnya. 

Dipuji memiliki keluarga jenius, dengan rendah hati Allbarr menjawab bahwa tidak ada orang yang genius dari lahir. Seorang harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang diinginkan. 

Albarr selalu memegang kata-kata Ilmuwan Jenius di Dunia, Albert Einstein, sebagai prinsipnya.  Yang mengatakan bahwa “genius is 1 percent talent and 99 percent hard work. Yang artinya kejeniusan hanyalah satu persen dari talent, 99 persen sisanya adalah kerja keras.

Sebagai contoh, Albar mempersiapkan masuk perguruan tinggi jauh sejak ia masih duduk di bangku kelas 10. Buku soal-soal UTBK itu, mulai dilahapnya sejak masuk bangku SMA.

Menjadi mahasiswa termuda tidak menjadikan Akbarr kesulitan dalam mengejar pelajaran. 
 

“untuk itu (memahami materi,Red) tidak ya, tapi saya masih berusaha untuk menyeimbangkan waktu antara belajar, mengerjakan tugas dan mengerjakan tugas dari ospek. Tapi selebihnya saya menikmati pengalaman menjadi maba ini,” terangnya. 

Albar mengaku bahwa dia juga tidak menjumpai kesulitan mendapatkan teman baru . Kendati kuliah dilaksanakan secara daring, ia sudah mendapatkan teman. Ia juga tidak menemui kesulitan meskipun teman seangkatannya rata-rata tiga tahun lebih tua diatasnya. 

Sejak awal, Albarr sudah mentargetkan untuk menjadi mahasiswa FK Unair. Maka segala jalur ia tempuh agar bisa diterima berkuliah dibsana. Dia tidak terpikir untuk mengambil jurusan kedokteran di kampus lain. 

“Karena sudah menentukan target, usahanya makin terpacu. Makanya target saya ya hanya satu FK Unair,” terangnya. 

Apalagi, rupanya ayah dan kakaknya yang merupakan lulusan FK Unair membuat motivasinya makin besar untuk bisa menjadi bagian dari keluarga besar Ksatria Airlangga.

Ditanya soal cita-cita ke depan, Albar ingin mendalami ilmu orthopedi dan menjadi spesialis Orthopedi lulusan FK Unair. Selain terilhami dari sang paman yang juga ahli Orthopedi, Pria yang berulang tahun 5 November nanti memiliki ketertarikan di bidang ini sejak bangku SMP. 

“Dulu kan di SMP ada kelas tematik tentang Biologi ya. Saya senang sekali kalau ada pelajaran tentang tulang-tulang gitu,” tukasnya.