1.300 Remaja Diteliti, Hasilnya? Ini Dampak Negatif TikTok pada Kesehatan Mental Mereka

ifta - Minggu, 25 Februari 2024 08:20 WIB
Penelitian: TikTok Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental, Akademis, dan Hubungan Keluarga Remaja (Istimewa)

Halojatim.com - Sebanyak 1.300 lebih remaja dilakukan penelitian terkait dengan massifnya prnggunaan video pendek seperti TikTok.

Lalu apa hasilnya, dan seberapa buruk dampak yang ditimbulkan dari penggunaan aplikasi tersebut?

Hasil dari penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Psychiatry Research.

Dalam jurnal tersebut dijelaskan secara mendalam tentang dampak TikTok dan aplikasi video pendek serupa pada kehidupan remaja.

Penelitian ini membedakan antara pengguna non, pengguna sedang, dan pengguna kecanduan dari platform ini, dan menunjukkan bahwa pengguna yang kecanduan cenderung mengalami masalah kesehatan mental, kinerja akademis, dan hubungan keluarga yang lebih buruk dibandingkan dengan yang lain.

Era digital telah membuat aplikasi video pendek seperti TikTok populer, khususnya di kalangan remaja. Penelitian sebelumnya telah menjelajahi dampak penggunaan media sosial secara umum terhadap kesehatan mental, dengan kekhawatiran tentang peningkatan depresi, kecemasan, dan stres. Namun, efek dari platform video pendek, yang ditandai oleh konten singkat namun menarik, masih kurang dipahami hingga saat ini.

Kesenjangan ini mendorong tim peneliti untuk menganalisis platform-platform ini dengan membedakan antara penggunaan yang moderat dan kecanduan, serta menemukan hubungan pola penggunaan tersebut dengan berbagai faktor psikososial.

Studi ini dilakukan karena adanya kebutuhan mendesak untuk memahami implikasi penggunaan aplikasi video pendek di kalangan remaja, kelompok demografis yang rentan terhadap dampak buruk media sosial.

Dengan popularitas TikTok dan platform serupa di kalangan pemuda, peneliti ingin mengetahui apakah keterlibatan digital ini hanya sebagai hiburan semata, atau memiliki konsekuensi lebih dalam terhadap kesehatan mental, kehidupan akademis, dan hubungan keluarga para pengguna muda.

Untuk membongkar dinamika yang kompleks ini, studi ini melakukan survei terhadap 1.346 remaja di tiga sekolah di Tiongkok. Mereka dikategorikan menjadi pengguna non, pengguna sedang, dan pengguna kecanduan berdasarkan tingkat keterlibatan mereka dengan platform video pendek.

Peserta dinilai dari berbagai aspek, termasuk kondisi kesehatan mental, stres akademis, hubungan dengan orang tua, dan pengalaman menjadi korban perundungan. Analisis korelasional ini memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara pola penggunaan aplikasi video pendek remaja dan berbagai faktor psikososial.

Pengguna yang kecanduan melaporkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang signifikan lebih tinggi. Selain itu, mereka menghadapi tantangan akademis yang lebih besar, termasuk tingkat stres yang lebih tinggi, kinerja yang lebih buruk, dan sering menjadi korban perundungan.

Hubungan keluarga mereka juga terpengaruh, ditandai dengan gaya pengasuhan yang lebih negatif dan tingkat pendidikan orang tua yang lebih rendah. Sebaliknya, pengguna yang moderat tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam kesehatan mental atau kinerja akademis dibandingkan dengan non-pengguna, meskipun lingkungan keluarga mereka menunjukkan karakteristik yang berbeda.

Meskipun memberikan wawasan, studi ini mengakui beberapa keterbatasan. Misalnya, ketergantungan pada data yang dilaporkan sendiri dapat memperkenalkan bias, dan aplikabilitas temuan di luar demografi remaja Tiongkok tetap tidak pasti.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 24 Feb 2024

RELATED NEWS